http://books.google.co.id/books?id=rQt5OAvlO9kC&lpg=PP1&dq=matematik%20pmr&hl=id&pg=PA1#v=onepage&q=matematik%20pmr&f=false

Thursday, July 22, 2010

NOMBORSATUKAN ALLAH

Dr Syeikh sufi akhir zaman

Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany



Nabi saw, bersabda:

“Apabila Allah swt menghendaki kebaikan pada hambaNya maka sang hamba diberi pemahaman dalam agama, dan ditampakkan cacat-cacat dirinya.” (H.r. Al-Hindy riwayat dari Anas ra.)



Faham dalam agama adalah faktor yang menyebabkan manusia mengenal dirinya. Dan siapa yang mengenal Tuhannya Azza wa-Jalla, maka ia mengenal segalanya. Maka bersama Allahlah ibadah kepadanya menjadi benar, dan terbebaskan dari perbudakan selain Allah azza-waJalla.



Kalian semua tidak akan beruntung dan tidak pula selamat sepanjang anda tidak memprioritaskan Allah Azza wa-Jalla atas lainnya. Anda harus memprioritaskan agamamu dibanding kesenanganmu, memprioritaskan akhiratmu dibanding duniamu. Menomorsatukan Penciptamu dibanding ciptaanNya.

Anda menjadi rusak karena anda mendahulukan syahwat kesenangan anda dibanding Allah Azza wa-Jalla.



Lakukanlah prioritas Allah dibanding yang lain maka Allah bakal mencukupi anda. Sedangkan anda saat ini terhijab dari Allah Azza wa-Jalla, maka tidak ada ijabah bagi anda.

Padahal Ijabah itu akan muncul setelah memohon Ijabah. Allah mengijabahi anda dengan amaliyah anda ketika anda memohon kepadaNya.



Panen itu akan anda raih setelah menanam. Bertanamlah anda akan panen.



Nabi saw. Bersabda:

“Dunia adalah tempat bertanam bagi akhirat.” (Hr. Al-‘Ajluny)



Bertanamlah dengan tanaman dalam hatimu dan badanmu, yaitu iman. Anda berkebun dengan menyiram air pada kebun itu melalui amal yang shaleh. Jika dalam hati anda ada kelembutan, kasih sayang, rahmat pasti akan tumbuh di dalamnya. Manakala di dalamnya ada keras kepala dan keras hati, maka buminya juga gersang tidak akan ditumbuhi apa pun. Sama seperti anda menanam di puncak bukit batu, tidak akan pernah tumbuh di sana.



Nabi saw, bersabda:

“Minta tolonglah kalian atas segala pekerjaan menurut kemampuan terbaik ahlinya.” (Ditakhrij As-Suyuthy dan al-Ajluny)



Kalian sibuk dengan bertanam dunia bukan bertanam akhirat. Bukankah pemburu dunia tak akan bahagia di akhirat? Ia tak akan melihat Allah Azza wa-Jalla. Jika anda ingin akhirat maka tinggalkan duniawimu, jika anda inginkan Allah Azza wa-Jalla maka tinggalkan bagian diri dan unsur kemakhlukanmu, maka anda benar-benar wushul(sampai). Bila benar apa yang anda lakukan justru akhirat, seluruh makhluk, dunia, anda dapatkan semuanya, dengan penuh kepatuhan maupun dengan terpaksa.

Sebab pokoknya sudah bersama anda, sedangkan cabangnya hanya mengikuti. Karena itu berakal sehatlah anda. Namun anda malah tidak berakal sehat, tidak pandai, dengan cara anda bergumul dan bergabung dengan makhluk, lebur dengan mereka. Jika anda tidak taubat, maka justru anda hancur.



Datanglah ke jalan thariqat sufi, anda datangi pintu mereka. Jangan jejali mereka dengan dengan ketiak tubuhmu, dengan kemunafikanmu, sedangkan hatimu tidak. Padahal mereka terpenuhi oleh hati dan rahasia hati, dengan lengan-lengan kepasrahan dan kesabaran terhadap cobaan, kerelaan dan bagian dari Allah Azza wa-Jalla.



Hai anak-anak sekalian, jadikan dirimu di hadapan Allah Azza wa-Jalla ketika derita menerpamu, maka anda tegak di atas pijakan cintaNya, bahkan tidak berubah, tidak sirna oleh penjuru dan angin, badai dan hujan bahkan oleh debu-debu yang menabur, karena anda tetap teguh lahir dan batin, teguh dalam maqom yang disana tak ada lagi makhluk, dunia, akhirat, tak ada hak dan bagian-bagian kepentingan, tak ada derita, tak ada pertanyaan “bagaimana”, bahkan tak ada selain Allah Azza wa-Jalla.

Jangan sampai jiwamu dikotori oleh urusan makhluk, urusan keluarga, dirimu tak berubah karena bagian yang sedikit atau pun banyak, tidak pula berubah karena cacian dan pujian, tidak pula diterima maupun ditolak, dan secara global anda berada dibalik semuanya, manusia, jin, malaikat dan seluruh makhluk, bersama Allah.

Betapa indah apa yang dikatakan oleh seorang Sufi, “Jika anda membenarkan (silakan) jika tidak, jangan ikuti kami.!”



Sabar, ikhlas dan jujur dalam membenarkan merupakan asas, sebagaimana kami jelaskan padamu. Kalian datang padaku, apakah aku membuatmu munafik? Dan ketika aku bicara lembut padamu, dirimu suka dan kagum, lalu anda menyangka ada kepentingan? Tidak! Tak ada kemuliaan dengan cara begitu.

Aku dan api, dan tak ada yang mampu di atas api kecuali Samandil yang bertelur, beranak, dan anaknya berdiri dan duduk di atas api. Jadilah dirimu seperti Samandil di atas api derita dan perjuangan serta kepayahan, bersabar di lorong-lorong ketentuan dan takdir, hingga kalian sabar dalam berguru kepadaku, mendengarkan kalamku, kerasnya ucapan serta mengamalkannya lahir, batin, hakiki dan syar’y. Pertama-tama anda khalwat, lalu keluar, lalu eksistensial. Jika anda sukses, maka anda bahagia dunia akhirat bersama kehendak dan takdir Allah Azza wa-Jalla.



Aku tidak menyertai siapa pun selain hanya untuk Allah Azza wa-Jalla, dan diantara keharusannya adalah aku tidak menoleh pada siapapun dari mereka dalam segala hal tanpa suatu tanda. Bahkan aku sangat takut kepada Allah dalam melaksanakan HakNya terhadap makhlukNya, aku tidak boleh lemah, dan aku kuat dengan diriku, lalu aku berserasi dengan mereka dalam jiwa mereka (demi keselamatan mereka).



Diantara para Sufi – semoga rahmat Allah bagi mereka -- mengatakan, “Berserasilah pada Allah Azza wa-Jalla dalam jiwa mereka, tetapi janganlah berserasi dengan mereka ketika di dalam ibadah kepada Allah.”

Maka runtuhlah mereka yang hancur, dan selamatlah mereka yang selamat. Maka aku peduli, sedangkan anda terus menerus maksiat kepada Allah Azza wa-Jalla, menghina perintah dan laranganNya, kontra padaNya, baik dalam ketentuan maupun takdirNya. Siang dan malam anda dibenci dan dilaknati.

Diantara firmanNya Azza wa-Jalla dalam sebagian kitabNya:

“Jika kamu patuh maka Aku ridlo kepadamu. Jika Aku ridlo, maka kamu mendapatkan barokah kebajikan. Sedangkan barokahKu tak ada batasnya. Namun jika kamu maksiat, Aku marah. Dan ketika Aku marah, kamu terlaknat, hingga laknat-Ku sampai tujuh turunan…”



Zaman ini adalah zaman dimana agama dijual dengan debu yang hina, zaman yang panjang khayalnya dan ambisiusnya. Karena itu seriuslah kalian, jangan sampai tergolong orang yang difirmankan oleh Allah swt :

“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS Al-Furqon: 23)



Setiap amal yang diorientasikan selain Allah Azza wa-Jalla maka ia telah menjadi debu yang terbang.

Hati-hati! Apabila masalahmu tersembunyi dari kalangan awam, maka tidak tersembunyi bagi kalangan khusus yang kokoh, mereka menyembunyikan pekerjaannya dari anda, bukannya orang bodoh yang menyembunyikan orang alim, tidak. Karena itu beramallah dan ikhlaslah dalam amalmu. Sibukkan hatimu pada allah Azza wa-Jalla, tinggalkan hal-hal yang mengganggumu yang tidak berarti, karena itu jangan repot dengan hal-hal yang tak berarti bagimu. ( catatan lentera sufi )



No comments: